4.6.10

Catatan Tour De KarimunJava



Nuansa Karimun jawa membuai khayalku sampai tingkatan yang nyaris tak terkendalikan. Segala sisi panorama yang ada disini seperti hendak menjelaskan tentang kehidupan pulau kecil yang bersahaja. Kenyataan yang terasa kontras bila dibandingkan dengan identitas yang melekat pada masyarakat kota. Aku bersandar pada kenyataan yang kami temukan di prolog cerita bahagia kami ketika menginjakkan kaki di dermaga Karimun Jawa. Kisah sedih yang menyisip sebagai mukadimah atas bait-bait cerita bahagia berikutnya.
*

Sebagai agenda dalam perjalanan tour Karimun Jawa ini, aku tergabung dalam komunitas Chaw Out -kami- berniat mengikuti jejak tour Anissa setahun yang lalu. Anissa adalah satu-satunya dari kami selusin ini yang pernah melakukan touring ke pulau ini, setidaknya kami menganggap dialah yang lebih tau tentang seluk beluk wisata praktis Karimunjawa. Perlu ditegaskan lagi, sebagai niat utama dari istilah wisata praktis adalah membatasi jumlah rupiah yang kami anggarkan untuk menikmati dan menjelajahi keindahan Karimunjawa.
Sesampainya di dermaga, kami langsung menuju Tourism Information Center, sebuah loket yang menyediakan informasi tujuan wisata berikut alternatif akomodasi yang dikemas dalam paket-paket wisata ekslusif. Namun, sesuai niat kami semula, kami tidak akan benar-benar secara ikhlas mengeluarkan sejumlah besar rupiah hanya untuk keperluan hedon semata, alhasil dari tajamnya sistem daya ingat seorang Anissa, maka tersebutlah nama Bapak Roni sebagai tumpuan harapan wisata praktis kami selanjutnya.
 
Kami ringan melangkah, melewati ruas- ruas jalan tepian dermaga, ombak berdebur bersorak menyambut kedatangan kami dengan penuh suka cita. Hingga kami berhenti pada sebuah gapura entrance yang di atasnya bertuliskan aksara “Selamat datang di Karimun Jawa”. Perasaan haru membiru menyelimuti wajah-wajah jenaka pasukan yang meski sudah lemas tak berdaya tapi tetap semangat bergaya di depan lensa kamera.
**


 

Setelah puas dengan pose-pose menggoda, pasukan kami memasuki perkampungan warga pedesaan Kepulauan Karimun Besar, hendak mencari alamat Bapak Roni.
Anissa, didaulat menjadi super mama, berjalan di barisan paling depan, memimpin perjalanan hingga sampailah kami di sebuah mushola yang dinamakan mushola At Taqwa- disebutkan oleh Anissa sebelumnya bahwa di depan mushola inilah rumah tempat tinggal Bapak Roni dan keluarga berada-.
Dan disinilah kisah sedih itu tersisip sebagai pesan berharga dari perjalanan Karimun jawa. 

***

Anissa tersenyum padaku dalam tidurnya, seakan dia mengerti kegelisahan yang kurasakan malam ini. Mungkin dalam mimpinya, gadis manis ini sedang membantuku memikirkan sebuah skenario gila untuk esok hari. Hari esok yang kumaksud adalah hari spesial yang sudah pernah kutuliskan padanya bahkan sebelum kita berdua saling berhadapan muka. Sedetik aku memalingkan wajah, berbaring membelakangi tubuhnya yang menempati lebih dari separuh bagian dari ranjang ini. Kutinggalkan sosok Anissa dengan senyum yang masih tersimpul dalam tidur pulasnya.
*
Malam ini, aku masih terbelenggu dalam dinginnya hawa sebuah pedesaan kecil di Kepulauan Karimun Besar. Mataku enggan tertutup meskipun kelambu di sekeliling ranjang telah sempurna melindungiku dari serangan sekomplotan induk bangsa nyamuk yang mencari mangsa. Aku belum bisa tidur bukan karena iba mengintip penderitaan kawan- kawan yang lainnya melalui celah kelambu bunga-bunga, aku tahu kali ini mereka tidak seberuntung aku dan Annisa, mereka harus rebah beralaskan selembar tikar tak jelas warnanya. Aku melihat mereka tak bercengkerama lagi, hanya saja kulihat tubuh mereka bergerak kemana-mana mencari kenyamanan mengumbar mimpi masing-masing. Sekejap indra pendengaranku cermat menganalisa mereka sudah hanyut dalam syahdunya orchestra pernafasan dalam seriosa tidur bersama. Kehangatan dalam kebersamaan mereka sejenak membuatku lupa akan dinginnya udara yang semakin ketat mendekap raga. Tanpa sengaja aku terlelap tanpa menghiraukan lagi kegelisahan yang hampir membuatku menderita insomnia.
**
Karimun jawa di pagi buta, khidmatnya adzan subuh membangunkan jiwa-jiwa yang berlumuran dosa. Lagi-lagi penyakit malas hampir saja membenamkan niat sholat jamaah bersama, tapi kali ini aku berhasil mengalahkannya. Aku bergegas menuju mushola At Taqwa, dimana aku juga menemukan seorang cinta sedang khusyuk dalam dzikirnya, atmosfer seperti ini yang sering membawaku ke puncak rinduku pada-Nya. Kali ini dalam hening sujudku, kuucap syukur atas berjuta kenikmatan yang tak hentinya tercurah kepadaku hingga mengantarku sampai di satu episode tour de Karimun jawa. Meskipun mulanya niat ikut tour ini berawal dari sebuah alasan pribadi yang terkesan individual, namun idea itu perlahan berubah seiring perjalanan indah yang membawaku lekat dalam kebersamaan bersama komunitas Chaw Out. Komunitas remaja jenaka yang pernah menjadi asing dalam kehidupanku dan dalam sekejap berhasil memaksaku terus menerus tertawa oleh tingkah mereka serta menjadikanku merasa dekat dengan karakter setiap anggotanya.

 

0 comments:

Post a Comment