25.10.11

Berani bertualang (H-1 boarding to Borneo)

Malam ini aku membagi telingaku untuk hujan yang gaduh dan untuk suara lirihmu dari seberang.

"Apa yang kamu siapkan untuk bekal hidup denganku di tanah rantau?", tanyamu di sela bincang via telepon. Tak urung, sekilas aku memikirkannya kembali meski sudah berkali-kali menyiapkan diri.

Deru hujan disertai angin semakin keras mengguncang, menenggelamkan sayup volume suaramu. Banyak yang kupikirkan, namun tanganku sudah mengepal.
Gagang telepon yang masih kugenggam, suaraku beradu dengan derasnya hujan.

"Aku siapkan hati yang lapang, serta jiwa yang dipenuhi keberanian!," jawabku lantang diliputi keyakinan.

Penghalang terbesar untuk meraih kesuksesan
adalah ketakutan untuk menghadapi kegagalan. Beranilah, karena lebih dari separo orang yang sukses mengawali hidupnya dengan bekal keberanian!

Cc :Kangmasboy Eko Sarjono

18.10.11

Akad Nikah :)

Lebih dari sepuluh teman perempuan saya tertarik dan penasaran tentang bagian prosesi akad nikah saya beberapa bulan yang lalu yang paling berkesan. Maklum, saya mempunyai segudang teman seusia, usia yang bisa dikatakan matang untuk selanjutnya melangkahkan hidup ke jenjang pernikahan. 

Lalu saya mencoba mengingat- ingat kembali, bagian mana dari serangkaian upacara khidmad tersebut yang sangat menggoncang emosi. Lalu saya terdiam.. tercenung dan mengulang kembali semua memori yang terekam hari Rabu, 29 Juni 2011 yang lalu..

Saya rasa semua rangkaian acara meninggalkan kesan mendalam. Namun, senyum saya terkembang segar, manakala mengingat bagian yang terpenting dalam akad nikah saya adalah pembacaan ikrar ijab qobul oleh bapak dan calon suami. Begitu kuat degup jantung saya kala itu, hingga meninggalkan ketegangan yang luar biasa.

Saya merasakan dengan jelas bagaimana bapak menatap saya dengan sangat tajam, seperti masih berat mengikhlaskan putrinya untuk seorang pria yang baru dikenalnya sejak dua tahun yang lalu. Saya tidak pernah merasakan tatapan setajam itu sebelumnya. Namun, saya membalas tatapan bapak dengan kesungguhan, saya transfer keyakinan yang mengakar dalam hati kepada beliau. Keyakinan bahwa benar pria inilah yang akan menjadi samudera bahagia dalam keseluruhan daratan hidup saya nantinya. 
Ketegangan tidak hanya nampak di raut wajah bapak saja, namun juga pada air muka kekasih saya. Lumrah, karena dengan istilah yang lain, beliau berdua yang menjadi pemeran utama dalam adegan inti acara kami. 

Bismillah.. sambil tangan saling bersalaman, bapak dan kekasih saya akhirnya berhasil mengucapkan ijab qobul dengan khidmat. Alhamdulillah.... Akhirnya kami syah menjadi suami istri :)



____

Kemudian saya mengingat kembali bagian yang paling menguras emosi. Spontan, memori saya terjun ke adegan ini. Yaitu adegan sungkem, yang mana sebelum sungkem, saya memohon doa restu kepada bapak ibu. 
Sebagian teman dan kerabat yang hadir dan menjadi saksi prosesi akad nikah memang sudah lama request kepada saya untuk mengupload doa yang saya ucapkan sebelum sungkem dengan kedua orang terkasih. Namun, baru malam ini saya berhasil mencari file words yang saya tulis pada hari H menjelang dua jam akad nikah. 

Hanya setengah jam, karena kalimat kalimat ini spontan keluar begitu saja. Sangat singkat karena tak perlu berlama untuk memercikkan ide ketika menuliskan memori tentang orang- orang terkasih, terutama ibu dan bapak. 

Saya hanya perlu membuka laptop, membuka file blank words, dan meletakkan jemari di atas tuts keyboard laptop, segera membayangkan dahsyatnya kasih sayang dan arti penting mereka dalam hidup saya, maka otak dan jemari akan senantiasa bersinergi, menari dengan sangat luwes.  

Ya, saya hanya butuh sekitar setengah jam untuk menulis permohonan doa restu yang tulus berikut ini :

Assalamualaikum wr.wb
Maaf saya meminta waktu sebentar untuk memohon doa restu sekaligus sedikit mengucapkan rasa terimakasih saya pada orang- orang terkasih saya.

Rasanya baru kemarin saya mendengar rutinitas ibu bapak mengingatkan saya untuk menjadi anak baik, belajar yang rajin, dan segera menyelesaikan kesarjanaan saya. Baru kemarin rasanya saya merengek- rengek minta uang jajan. Dan baru kemarin saya bercanda sampai tertidur berempat bersama ibu, bapak dan adik saya tersayang. Rasanya seperti masih bermimpi. Hm, tapi kini saatnya saya bangun dari mimpi dan menyadari bahwa sudah saatnya saya melangkah lagi, keluar dari comfort zone yang sejak dulu diciptakan oleh ibu dan bapak saya tersayang.

Ibu Bapak,
Ijinkan saya menempuh kehidupan baru, bersama mengarungi bahtera hidup yang sesungguhnya, dimana ada rasa suka dan duka yang sebenarnya yang akan dilewati bersama. Berikan restu untuk saya menuju pernikahan yang kekal, yang abadi, yang insyaallah hanya akan dilakukan sekali seumur hidup.

Ibu Bapak,
Maafkan saya yang selama ini selalu membuat susah, membuat kesal, membuat marah, merepotkan ibu dan bapak dengan semua tingkah laku atau mungkin dengan teriakan yang secara tidak sadar telah menyakiti perasaan ibu dan bapak.

Ibu, bapak
Tak terasa, rasanya baru kemarin saya masih bayi merah, bayi mungil yang lucu, bayi mungil yang ingin selalu disusui, ingin selalu dibelai, dipeluk, digendong, disayang, dengan tangisan manja hingga beranjak remaja, dengan semua kenakalan, tingkah laku yang menjengkelkan, dan semua keperluan hingga dewasa sampai saat ini.

Ibu, Bapak
Saat ini saya sudah dewasa, dan akan menjalani kehidupan baru, saya mohon doa restu dan keikhlasan untuk menjalani semua ini. Terimakasih sudah dilahirkan ke dunia ini, sudah memberikan pendidikan yang terbaik, sudah memberikan semua fasilitas yang terbaik. Terimakasih atas semua cinta, semua kasih saying yang tulus, yang ikhlas, dan tanpa pamrih yang telah diberikan sehingga saya dapat merasakan hangatnya kehidupan keluarga, arti  kehadiran dan sentuhan seorang ibu saat menimang, menggendong dan merawat dengan penuh kebahagiaan. Kehadiran seorang bapak yang selalu melindungi, setia menemani keluarga dengan penuh tanggungjawab. Saya belum bisa membalas semua perhatian, kasih sayang dan cinta yang telah bapak dan ibu berikan. Hanya ungkapan terima kasih yang sebesar- besarnya yang dapat saya haturkan.

Saya tidak bisa mengungkapkan semua ini dengan kata- kata, mohon petunjuk dan bimbingan dari ibu dan bapak untuk menjalani kehidupan baru nanti, saya selalu berdoa yang terbaik untuk ibu dan bapak dan memohon kepada Alloh SWT untuk memberikan kebahagiaan dan menambahkan kasih sayangnya sebagaimana ibu dan bapak berikan untuk saya. Sekali lagi, terimakasih ibu, terimakasih bapak.

Allohuma firli walli walli dayyah warhamhumma kamma robbaya ni shogiroh. Amin
Wassalamualaikum wr.wb

Tulisan tersebut di atas benar saya ucapkan saat prosesi akad nikah, dan saya benar- benar tak bisa membendung buliran kristal yang meleleh dari mata dan menganak ke pipi. Apalagi saya sengaja menyiapkan lagu "Bunda" karya Melly Goeslaw untuk dijadikan backsound saat mengucapkan permohonan doa restu tersebut di atas. 

Dan, adegan ini spontan-- alias tidak direncanakan hari sebelumnya. Di awal acara, saya hanya berpesan pada pembawa acara untuk memberi waktu sebelum sungkem. So, bapak dan ibu, bahkan keluarga besar benar- benar surprised dengan pembacaan permohonan doa tersebut diatas. Bahwasanya bagian ini hanya improvisasi saya, dan saya sangat- sangat memaknainya :)