21.5.10

Episode ter- BAIK


Episode Ter-BAIK

Semakin malam, hujan semakin deras. Aku masih didepan layar komputer, suara CPU semakin menderu. Mataku sudah perih, tapi tak satu idepun melintas dikepalaku. Pikiranku buntu. Semakin malam, pikiranku semakin kalut. Aku tak terfokus pada satu ide yang bisa dikembangkan untuk artikelku selanjutnya.

Beberapa paragraf urung kulanjutkan. Hingga denting jam dinding mengusik dan kembali membuyarkan setumpuk ide di dalam otakku. Sebenarnya menjadi seorang penulis artikel bukanlah cita-citaku, itu hanya nilai yang berhasil kupetik dari kegagalanku menjadi mahasiswa di jurusan ilmu hubungan internasional dan kemudian memaksakan diri masuk di jurusan sastra di satu- satunya universitas negeri ternama di Solo.

Namun, anggapanku mengenai profesi penulis sedikit demi sedikit mulai berubah. Agaknya itu juga berkat pengertian dan dukungan yang terus diberikan lelaki itu padaku. Dia yang sekarang telah menjadi kekasihku itu bernama Bayu. Bayu adalah seorang lelaki yang telah berhasil memenangkan hatiku tepat di hari ulang tahunku yang kedua puluh. Otaknya cerdas, wajahnya tampan, semangatnya tinggi dan hatinya sabar mengajarkanku segala sesuatu yang belum aku ketahui sebelumnya. Aku mencintainya karena hal itu. Dia seperti semilir angin segar yang menyejukkan hidupku.

Aku mengenal Bayu sekitar dua setengah tahun yang lalu. Aku mengenalnya sebagai atasanku ketika aku tergabung menjadi promotion girl. Aku tak pernah membayangkan akan memiliki tatapan sekaligus senyuman seorang berpangkat Junior Product Manager itu.
Hari itu adalah hari Jumat di bulan November, sekitar pukul setengah sembilan pagi aku sedang sibuk manyiapkan paper yang harus dikirimkan kepada salah satu dosen sebagai tugas final exam. Tiba– tiba Sony Erricsson K508i yang tergeletak di meja belajar berdering...

” Hallo, Ikha ? ”
” Ya, dengan siapa ya ?”
” Ini mbak Naining, Non. Kamu lagi dimana ?”
” Oh, lagi dirumah mbak. Ada apa ?”
” Ikut aku yuk, aku ada job outdoor nih....”

Telepon pagi itu ternyata dari mbak Naining, salah satu rekan freelancerku. Meski belum pernah bekerja satu event dengannya, toh akhirnya aku terima tawaran job outdoor darinya. Aku menuruti petunjuk yang diberikannya padaku hingga kami bertemu dan berangkat bersama ke area launching product di daerah Delanggu.

Sesampainya di lokasi, langsung diadakan briefing dari pihak principal perusahaan. Ketika dibriefing sebagai Sales Promotion Girl, aku sama sekali terdiam, bahkan bisu, aku tak bisa se- attractive rekan yang lain, mungkin salah satu alasannya adalah karena ini adalah job outdoor pertamaku sebagai freelancer.

Pak Bayu, begitu awalnya aku memanggil lelaki itu, begitu serius dan tegas menjelaskan konsep penjualan dan seabrek catatan yang harus dipelajari sebelum terjun ke lapangan. Aku mendengarkannya dengan seksama, namun tidak sepertiku, rekan yang lain justru aktif berinteraksi khas para SPG. Aku mendapati sesekali Pak Bayu melemparkan lirikan ke arahku, seakan berharap aku juga ikut berinteraksi secara aktif dalam briefing saat itu. Kenyataannya aku bungkam, entah kenapa bibirku menjadi kelu dan aku hanya bisa terdiam.

Aku mulai khawatir Pak Bayu tidak menyukai cara kerjaku, bukan rahasia lagi seorang SPG harus bisa berkomunikasi dengan konsumen secara aktif saat menawarkan produknya, sedangkan hari itu aku benar- benar kacau. Aku benar- benar merasa tertekan oleh kebisuanku sendiri. Aku bahkan tak henti- hentinya mengutuk diriku sendiri karena tak bisa kejar target penjualan produk. Tiba-tiba hujan turun deras mengguyur tak ayal lagi acara launching siang itu dihentikan. Dari kejauhan tampak Pak Bayu memberi kode, menyuruhku dan rekan- rekan untuk segera berteduh.

Gemericik air hujan yang jatuh membuat suasana menjadi semakin gaduh, meskipun demikian, kulihat semua terdiam, tenggelam dalam pikiran masing- masing. Belakangan aku menyadari, hujan kala itu adalah isyarat yang sudah diatur olehNya.


” Hmm.. Kasian sepatumu..” , Pak Bayu membuka obrolan sambil matanya menatap kearah sepasang sepatu merah yang kupakai.

Aku tersenyum, kemudian mengusap bagian pinggir sepatu. Tampaknya hari ini aku benar- benar sial, sepatu merah yang baru saja aku beli dengan uang gaji minggu lalu itu sudah belepotan lumpur dari tanah yang terguyur hujan. Obrolan kami mengalir begitu saja, hingga hari beranjak gelap. Meskipun tidak cukup dinyatakan berhasil tapi acara launching product itupun diakhiri. Kemalanganku bertambah ketika menyadari hujan tak segera reda meski aku sudah menunggu lama. Hingga hari semakin malam, untungnya Pak Bayu berbaik hati memberiku tumpangan sehingga aku bisa pulang dengan kondisi yang tidak terlalu basah. Sebelum kami berpisah, aku bertukar alamat email dengannya dengan dalih akan berkirim curricullum vitae sebagai syarat ikut promosi di lain kesempatan.

Setelah hari itu, hari yang lain datang dan silih berganti, awalnya aku sama sekali tak menghiraukan alamat email yang tertulis di notes ponselku, aku bahkan melupakannya. Setiap hari aku membenamkan diriku dalam kesibukan dunia kuliah dan dunia sales promotion, bahkan aku sama sekali tak menghiraukan inbox emailku sendiri.

Waktu terus bergulir hingga akhirnya ada tugas kuliah yang memaksaku mengakses alamat email lagi. Ketika membuka inbox email, aku membelalak mendapati email yang dikirim dari alamat kangmasboy@yahoo.com. Aku membalasnya dan membalasnya hingga hari- hari selanjutnya kami saling berkirim email dan bertukar alamat jejaring sosial yang sedang marak kala itu : Friendster. Mulai saat itu, Bayu tidak memperkenankanku memanggilnya dengan sebutan ’Pak’, alasannya selain terdengar kurang akrab, ternyata juga tidak sesuai dengan usianya yang ternyata hanya terpaut sekitar tiga tahun dari usiaku yang masih belasan. Itu artinya.... lagi- lagi dia membuatku terhenyak, di usianya yang masih sangat muda, dia sudah menduduki jabatan tinggi di dalam sebuah perusahaan besar berskala nasional.

SO AMAZING !!!

Wanita mana yang tidak jatuh hati pada sesosok lelaki sepertinya tanpa kecuali aku, tidak hanya berhenti sampai disitu, dia yang berperawakan tegap dan postur tubuh yang ideal itu ternyata juga seorang fresh graduate dari universitas yang sama denganku saat ini, dia berhasil menyelesaikan studinya hanya dalam kurun waktu tiga setengah tahun. Beberapa fakta yang nyata ada dalam dirinya, dan aku benar- benar terpesona oleh auranya.

***

7th October 2009

Aku meneguk secangkir nestle cappucino dihadapanku mencoba menghitung mundur, mengingat kembali episode terbaik dalam hidupku, mukadimah atas kisah cintaku dan Bayu setahun yang lalu. Aku membuka kembali folder- folder cerpen yang sudah lama sekali tak pernah kubuka, meski sebagian tulisannya sudah ku publish di media, aku tak menghapusnya dari hard disk.

Malam ini masih dengan situasi yang sama, jam dinding yang berdenting dan suara CPU yang semakin menderu. Tak terasa pipiku telah basah. Aku tersadar oleh suara Clay Aiken yang teduh menentramkanku …………..

You are my strength when I am weak,
You are my voice when I can not speak,
You are my eyes when I can not see,
You see the best there are in me,
Lifting me up when I can not reach,
You give me faith ‘coz you believe,
I’m everything I am because you love me…..


Aku menggubah tenses nya menjadi present, karena Bayu bukan sesuatu yang telah berlalu. Dia ada. Dia membimbingku. Dia menemaniku. Dia menyayangiku. And for all he gave and gives me …. I just can say :

I badly love you, dear …


08102009
happy anniversary hanii :)

0 comments:

Post a Comment