10.7.10

Friday Agenda (dari skripsi hingga SIEM)

Jumat, 9 Juli 2010

Agenda hari ini adalah fixing per chapter skripsi dan nonton SIEM.

Kalo sesuai rencana kemarin, pagi ini aku akan ke rumah mba Tina (kaka tingkat yang udah lulus) buat re check per chapter skripsi. Tapi, karena ibunda memberi mandat menjemput adek tersayang pada pukul 11.00 di sekolahnya, maka schedule agak berubah. Rencana ke rumah mba Tina diundur jadi setelah jemput adek, yaitu sekitar pukul 12.30 siang, bakda Salat Jumat.

Seusai jemput adek, langsung bablas ke rumah mba Tina. Re checking skripsi bersama mba Tina hanya membutuhkan waktu sekitar sejam, sehingga pukul 2 aku sudah kembali pulang.

Sore harinya, setelah magribh, aku segera bersiap menunggui jemputan kekasih tersayang. Sesuai rencana, malam ini kita akan nonton SIEM di Stadion Sriwedari.

Mas Bayu datang kerumah sekitar pukul 7 malam. Setelah pamitan Ibu Bapak, kita berdua segera berangkat. Tapi, dalam perjalanan malah arah destinationnya berubah ke Ayam Resto Klodran. Kata Mas Bayu, tadi dapat pesan dari Ibunya, kita disuruh nyusul ke Ayam Resto buat makan-makan syukuran kelulusan uji doktoral Ibunda tercinta.

Setiba di Ayam Resto, senyum terkembang saat bertemu lagi dengan keluarga Mas Bayu. Bapaknya, Ibunya, dan ternyata si Dije (adeknya Mas Bayu) juga sudah disana.

Sebagai wujud kebanggaan, salam proficiat tidak lupa ku ucapkan pada Ibunda Mas Bayu atas kesempurnaan beliau dalam study. Sebagai informasi, beliau lulus sebagai lulusan doktoral tercepat karena hanya menyelesaikan study dalam waktu 3 tahun kurang 2 bulan, dengan IPK yang nyaris 4 bulat di Universitas Gajah Mada. Wah, bikin minder gila...

Suasana makan malam semakin hangat, bincang keluarga yang dahsyat, and I  was totally blended by this situation.
 
Setelah acara makan malam, sekitar pukul 20.30 malam aku dan kekasih bertolak menuju Stadion Sriwedari. YUP! sesuai rencana semula, kita nonton SIEM fest.


Salah satu pertunjukan dalam SIEM

Aku emang hobby sekali dengan semua hal yang berbau seni dan budaya, termasuk SIEM. Sebagai penikmat seni dan budaya, aku menilai SIEM tahun ini berbeda dengan SIEM yang diselenggarakan tahun 2008 lalu. Perbedaan yang signifikan terlihat pada konsep materi yang disajikan. SIEM tahun ini memasukkan musik kontemporer dalam pementasan, kalau SIEM yang dulu cuma mementaskan musik etnik saja. Tapi apapun yang disajikan dalam panggung megah itu sangatlah berarti bagi tumbuh kembangnya budaya. Secara pribadi aku salut pada pemerintah kota Solo, yang telah berhasil membangunkan kembali jiwa seni dan budaya masyarakat Solo melalui berbagai even budaya yang luar biasa hebat.

Sedikit banyak menerapkan materi mata kuliah Kajian Budaya, malam ini aku mencatat beberapa kajian yang berkaitan dengan acara SIEM 2010.

Mengulas sedikit tentang SIEM di tengah perubahan,
Perubahan politik, ekonomi dan kebudayaan memaksa kita bersikap arif. Arus kebudayaan global yang dirancang secara sistematis telah menyeragamkan cara memaknai realitas. SIEM muncul secara logis menghasilkan makna yang beragam pula. Keragaman itu diwujudkan dalam event kultural berbasis tradisi yang tumbuh, mampu menjawab perubahan mencakup kebutuhan pelaku seni (musisi), publik dan positioning bahwa ada dan beda secara lintas kultural.

SIEM Festival 2010 atau Solo International Contemporary Ethnic Music Festival 2010, event dua tahunan yang menitikberatkan capaian musik etnik musisi nasional maupun internasional. Kali pertama SIEM diselenggarakan tahun 2007 di Benteng Vastenburg Solo. Tidak hanya masyarakat, media massa, baik dalam maupun luar negeri memberikan apresiasi. Kepuasan tampak pula pada para musisi, pada umumnya banyak yang tidak menduga SIEM mampu menyedot puluhan ribu penonton, bahkan berdasarkan hasil wawancara yang kubaca di beberapa artikel media, beberapa musisi mengaku merasa canggung di atas panggung SIEM. Tahun 2008, sekaligus kali pertama aku menikmati secara langsung pentas musik paling dahsyat sepanjang hidup, SIEM kembali hadir di Pamedan Pura Mangkunegaran Solo, mengulang sukses di tahun pertama.

Berdasarkan informasi (karena aku hanya menonton semalam dari acara yang berlangsung lima malam), lebih dari 50 grup musisi nasional dan internasional tampil pada SIEM pertama maupun kedua, ada keragaman dan perubahan perkembangan musik etnik. Musik etnik yang selama ini dipandang sebelah mata dan kuno bahkan sering dikatakan underistimate, perkembangannya pada jalur kontemporer justru mengejutkan. Kesenian termasuk musik, dalam masyarakat mempunyai posisi, fungsi, dan pemaknaan yang lekat dengan kebutuhan estetika, etika, spiritualitas, idetifikasi, komunalitas, dan juga ekonomi. Musik bukan hanya ekspresi bunyi (teks), menghibur, atau tontonan. Melainkan musik sebagai ruang pembacaan kritis tentang identitas, tradisi, modernitas, atau sejarah musik (konteks).

SIEM tahun ini diselenggarakan pada tanggal 7- 11 Juli. Selain disponsori oleh Pemerintah Kota Solo, juga banyak disponsori oleh media massa baik berskala lokal maupun nasional, diantaranya adalah METRO TV, KOMPAS, SOLOPOS, KASKUS, COSMOgirl, COSMOPOLITAN, dsb.

Semakin ke depan, SIEM diharapkan mampu menawarkan investasi tak ternilai bagi keragaman budaya bangsa, serta ajang memasarkan budaya atau kesenian lokal maupun internasional. Ajang yang digelar tanpa bandrol tiket masuk ini diharapkan mampu menjadi tontonan yang berkualitas di tengah limbungnya kondisi perekonomian bangsa.

Malam ini, malam ketiga SIEM fest, pementas musik yang tampil antara lain adalah, Albert Chimedza - Zimbabwe, Riau Rhytim Indonesia Chamber - Riau, Hamrin Samad - Makasar, OrkeStar Trio with Ramu Thiruyanam - Singapura, dan Subono - Solo.

Pertunjukkan baru sampai pada penampil Subono - Solo, tapi karena waktu sudah menunjukkan pukul 22.30, aku memaksa kekasih untuk pulang. Pertunjukkan SIEM benar- benar mengukir pengalaman yang begitu berkesan dalam hatiku. Apalagi menontonnya pun selalu bersama sang kekasih hati, duduk berdua di bawah tribun setelah ngantri tempat duduk dengan berdiri hampir sejam. Its one of remarkable moments in my life!



09/07/2010
diary of an ordinary

Ikha Oktavianti


  

0 comments:

Post a Comment