4.3.11

Antara aku dan Sandra (Bag II)



Hey, ini sudah lewat tengah malam, namun jemariku belum lelah menari. Setelah menari dengan benang- benang dan kain – kain flanel warna- warni, kini menari lagi diatas kotak- kotak keyboard...

Aku berhenti sejenak menggerakkan jemariku meloncat ke aksara satu dan lainnya, lalu menatap satu persatu boneka- boneka flanel di dalam box yang kujajar di separuh bagian meja belajarku. Oh, God! Sangat cantik! Aku selalu memuji tanganku sendiri ketika hasil akhir sudah didepan mata.

Aku mengerlingkan pandanganku ke sisi lain di meja belajarku. Sebuah surat kabar terbitan hari ini, laman ProBisnis. Kembali tersungging senyum tipis di hati, sebuah artikel berjudul ’Boneka Bertoga Sebagai Bingkisan Wisuda’. Ada gambarku di samping artikel tersebut. Aku dan ceritaku mengenai hasil karya tanganku, dibaca oleh ratusan pembaca koran Suara Merdeka pagi ini. Thanks, the writer. Thanks, God! 

---
Aku tak tahu, kenapa aku tiba- tiba menjadi sangat optimis melihat masa depanku. Masa depan yang awalnya selalu kutakuti, kini tidak lagi. Bukan.. Bukan berarti kain- kain flanel ini yang selalu kubawa bermimpi, tapi keyakinan akan kualitas hidup yang terus kucari- cari. 

Aku melanjutkan beberapa paragraf yang sudah tersusun rapi oleh tarian jemari. Bukan lagi tentang skripsi yang tertelan warna- warni manik- manik di laci, namun tentang tautan hidup kelak di kemudian hari. Email untuk Sandra, sahabat dekat yang pernah kuceritakan pada tulisanku sebelumnya. 

(email content @danceofmyfinger.blogspot)

----
Aku tersenyum manis mengakhiri tulisanku di surat elektronik yang baru saja kukirim untuk sahabatku di negeri Kanguru: Sandra. Ya, sudah sejak Januari ia bertolak menuju Australia, negeri yang menjadi pilihannya untuk meneruskan jenjang pendidikan Magisternya.

Sedang aku? Jangan tanya dimana gelar kesarjanaanku kusembunyikan, karena memang sampai detik ini aku belum dilegalkan menyematkan gelar di belakang nama panjangku. Ya, aku memang belum juga lulus. Lagi- lagi masih dihadapkan pada persoalan yang sama, pembimbing yang tak kunjung kembali dari negeri tetangga.

Alih- alih mengisi waktu sembari menunggu sang pembimbing pulang ke tanah air, aku memperlebar sayap pemasaran flanel bertoga buatanku, membuka lapak jualan boneka online. Facebook menjadi sarana yang tepat bagiku. Bermula dari keisengan mengunggah foto- foto boneka terdahulu, dari situ pula mengalir pesanan tanpa putus. Sempat kaget, sekaligus kewalahan menerima orderan. Bagaimana tidak kewalahan, sebelumnya aku hanya mengerjakan semua pesanan dengan ibu saja, karena jumlah pesanan baru hitungan jemari. Kini, dua karyawan sudah siap membantu semua pekerjaan tangan.

Dalam email yang kukirim pada Sandra, aku menceritakan semua kegiatan yang kulakukan, termasuk gerak gerik dan arah bisnis kecil yang kutekuni, sekaligus meminta saran daripadanya. Pada sahabatku itulah semua masalah kubagi, selain pada kekasih hati. Kekasih hati? Ya, aku akan menceritakannya pada halaman lain di tarian jemariku ini, tentunya setelah ada balasan surat elektronik dari Sandra. Semoga tidak perlu menunggu dalam waktu yang lama...

Reply soon, Sandra..


beberapa pesanan dari UNTAR



Beberapa pesanan dari UNS kedokteran





0 comments:

Post a Comment