17.8.10

Confession

Selasa, 17 Agustus 2010



ah, ternyata selama ini rinduku salah tuju.. harusnya kulayangkan hanya padaMU wahai Tuhanku.. bukan pada sesuatu yang tiada sempurna dihadapanMU.. ah, betapa kini tinggal rasa malu didiriku.. ampuni aku dan sgala khilafku..


Begitulah kiranya konten status dari Facebookku beberapa jam yang lalu, yang kemudian mengundang komentar dari beberapa sahabat di jejaring sosial itu. Yah, sesuai makna yang tersurat di sebaris kalimat itu. Pengakuan jujur. Sebenarnya, aku hanya tersadar dari kekhilafan dalam hidupku. Buktinya telah banyak kalimat rindu yang hanya tertuju pada sesuatu yang sifatnya temporary

Sepanjang malam, aku menyesal dan tersadar oleh alunan Qiro'ah ibundaku tersayang. Hati ini rasanya bagai diiris sembilu. Merasa ditelanjangi dari lusuhnya gaun kesalahan yang disebabkan oleh nurani yang limit iman. Merasa sangat kecil dan tak tau diri.

Bukankah semua yang tiada abadi akan hilang suatu ketika? 

Ada satu cinta yang kadang terabaikan, mulut manis  hanya saat berkata 'percaya dan beriman' kepada sang Maha Pengasih dan Penyayang, padahal justru Dialah yang mempunyai sifat pengasih dan penyayang sebenarnya.

Dia telah memberikan udara untuk bernafas. Dia memberikan angin yang senantiasa membelai rambut  ketika rehat duduk di pantai, Dia memberikan sinar matahari yang begitu cerah sehingga semua makhluk dapat menjalani kehidupan di siang hari, dan menerangi dengan sinar rembulan ketika gelap menjelang.

Aku menangkap sesuatu yang salah pada sistem rindu yang tersetting di hatiku. Harusnya segera kuralat mesin produksi rindu di hati agar galat pada hidup bisa kuhindari.

Ah, aku menyesal, pada semua excess rindu yang salah arah. Rindu platonis belaka. Hiperbola yang hanya menipiskan rasa syukurku pada Sang Pencipta yang lebih pantas dipuja.

Aku tertipu pada seribu alasan dunia mengapa harus menjunjung rindu yang hampir saja luput dari track ihwalnya. Rinduku membabi buta, namun bukan untuk Yang Maha Kuasa. 

Ah, sungguh malu..

Malu pada sentilan ayattulloh yang terlantun khusyuk menusuk kalbu. Ya Alloh Dzat maha Penguasa Hati, berikanlah ampun pada hambaMu yang hina dina ini, demi secuil perhatian yang sebenarnya telah Kau berikan utuh, aku telah kufur... 

Astagfirullohaladzim, naudzubillah..

Ampuni aku ya Rabb yang Maha Mengampuni, atas segala khilaf yang tercipta karena egoisme yang nyata tak bisa masuk akal. Aku hanya hambaMu yang sungguh haus akan regukan siraman rohani, yang sungguh butuh semilyar tuntunan wisata hati.

Akan hamba koreksi rindu yang tumpah ruah penuh pesona. Akan hamba sertakan do'a dan harapan di setiap bait rinai rindu yang menggelora, agar kelak cinta halal berada dalam dekapan. Rindu ini akan dikemas dengan bungkus ketaqwaan padaMu. Akan hamba tiru padanan air yang mengalir, segalanya akan tunduk pada kodrat berdasarkan Sunnatulloh. Insyaallah.

Hanya Engkau Maha Penguasa Hati, mudahkanlah jalan hamba menuju rindu yang mulia, rindu yang terlindung dari lihainya syaiton menggoda manusia. Rindu yang ikhlas dan tak menipu. Rindu yang mengungkapkan gundah sang ratu ketika bertanya- tanya pada utusan yang mengantar rindu pada daulat yang seharusnya. Rindu yang wujudnya rona wangian yang baunya menyerata alam taman hati dan mendamaikan. Rindu sesuai tuntunanMu wahai Yang Maha Membolak balikkan hati. Rindu terfilter yang hanya berfungsi menyemangatiku menjadi insan yang lebih BAIK.






Diary of ordinary

Ikha Oktavianti

0 comments:

Post a Comment